TANGSEL – Ratusan warga yang tinggal di sekitar Mega Mall Ciputat, tepatnya di Komplek Pertokoan Mega Mall Cempaka Putih Ciputat Timur, menggelar aksi unjuk rasa untuk menuntut penghentian sistem parkir berbayar yang mereka anggap memberatkan. Dalam aksi yang berlangsung di halaman komplek tersebut, warga juga melakukan penyegelan gardu loket parkir sebagai bentuk protes, Jumat (29/11/2021).
Aksi unjuk rasa ini dipicu oleh ketidakpuasan warga terhadap kebijakan pengelolaan parkir di area Mega Mall yang dianggap memberatkan. Para pengunjuk rasa mengangkat spanduk bertuliskan “INI BUKAN JALAN TOL, WARGA MASUK RUMAH HARUS BAYAR”, yang mencerminkan keluhan mereka atas biaya parkir yang dianggap terlalu mahal bagi penghuni setempat.
Ikhwan Faizan MM, selaku koordinator aksi, menjelaskan bahwa tuntutan utama warga adalah untuk menolak parkir berbayar tanpa persetujuan mereka. Warga juga menuntut agar kawasan sekitar Mega Mall tidak dijadikan tempat untuk kegiatan yang tidak sesuai, serta meminta perlindungan dari potensi intimidasi yang dirasakan oleh pelaku usaha dan masyarakat setempat yang merasa dipungut biaya tidak sah (pungli).
“Kami sudah tinggal di sini lebih dari 20 tahun, dan ruko kami pun sudah bersertifikat hak milik. Masa kami harus membayar untuk masuk ke rumah sendiri, dan biayanya pun sangat mahal, ” ungkap Ikhwan saat memberikan keterangannya kepada awak media.
Warga berharap Pemerintah Kota Tangerang Selatan dapat turun tangan untuk mengatasi permasalahan ini dan mengembalikan fungsi fasilitas umum yang seharusnya tidak dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi oleh oknum-oknum tertentu. Mereka juga menilai pengelolaan parkir tersebut sebagai tindakan ilegal dan mal administratif.
Ikhwan menambahkan, dirinya sudah melaporkan masalah ini kepada pihak kepolisian sektor Ciputat Timur terkait dugaan intimidasi yang dialami warga dan juga telah meminta pemerintah untuk mengevaluasi kembali pengelolaan parkir yang dirasakan merugikan warga setempat.
Dengan adanya unjuk rasa ini, warga berharap suara mereka didengar, dan kebijakan yang tidak adil dapat segera dihentikan demi kenyamanan bersama. (Hendi)